Minggu, 20 Januari 2008

Tanda-tanda Cinta Orang Mukmin Kepada Allah Swt.

1. Merasa rindu untuk bertemu Allah di surga2. Sering menyendiri bermunajat pada Allah3. Sabar terhadap musibah4. Memprioritaskan cintanya kepada Allah5. Selalu melaksanakan amalan-amalan6. Akan mengkhusu'kan diri dengan berzikir padaNya7. Cemburu dan marah karna Allah8. Rela terhadap apa saja yang menimpa dirinya.9. Cinta terhadap ucapanNya (al-quran)10.Selalu bertaubat kepadaNya11.Merasa menyesal jika waktunya hilang12.Senang dan kasih sayang. Tanda-tanda seorang hamba yang dicintai Allah :1. Terjaga dari (kesibukan) tentang urusan dunia2. Mendidik dan membina hidupnya dengan baik3. Berbudi luhurdan ramah tamah 4. Menerima cobaan dan ujian5. Tawakal6. Mati dalam keadaan beramal shaleh."Besarnya pahala seseorang sesuai dengan besarnya ujian yang menimpa dirinya, dan bila Allah mencintai suatu kaum , Ia akan menguji mereka .Barang siapa yang ridha maka Allah pun ridha kepadanya, dan siapa yang murka (tak rela) Allah akan memurkainya. " (HR. Tirmidzi)

Mutiara Hikmah

Akal adalah nikmat Allah yang mulia diberikan kepada manusia. Akallah yang menjadi bangsawan yang mulia. Benteng yang paling kuat terletak pada akal. Sebaliknya kehinaan yang rendah, karena tidak mempunyai akal atau tidak pandai mempergunakan akal dalam hidup.Kenyataannya semua barang apabila telah banyak jatuh nilainya. Tapi akal, makin banyak dan berkembang, tambah tinggi nilai orang yang mempunyainya.Dan orang yang berakal berpikir dahulu sebelum berkata, hingga kata-katanya itu berisi hikmah dan mengandung pelajaran. Orang yang berakal/pandai akan mengangkat derajat bangsa dan kaumnya. Satu kaum akan tidak terpandang didalam masyarakat, kalau didalamnya tidak ada orang pandai berakal dan cerdik.Bumi Allah akan subur, kalau disana diam orang-orang berakal dan cerdas. Tapi orang yang berakal akan disesatkan oleh akalnya kalau tidak dipimpin oleh ruh islam dan al-Qur'an. Dan sangat perlu dalam hidup ialah akal yang berjalan diatas hidayah dari Allah.Disanalah sebenarnya pangkal segala bahagia dan keberuntungan

Hati Sebagai Pengendali Kehidupan

Hati Sebagai Pengendali Kehidupan
Abu F. Firmansyah

Sekitar sebulan lagi, tepatnya 5 Juli 2004 kita akan melaksanakan pesta demokrasi II yaitu Pemilihan Presiden & Wakil Presiden secara langsung, setelah tanggal 5 April yang lalu kita melaksanakan Pemilihan Umum untuk memilih anggota legislatif.Dalam sebuah tulisannya di Harian Suara Merdeka - Awal Mei lalu, K.H.Cholil Bisri – ulama kharismatik dari Rembang yang biasa dipanggil Mbah Cholil menyatakan bahwa beliau banyak ditanya oleh kaum awam nahdhiyyin. Pertanyaannya : “Kula milih napa?” (kami memilih apa?) - ini dilontarkan sebelum 5 April, dan “Kula milih sinten?” (kami memilih siapa?) - ini disampaikan menjelang 5 Juli 2004. Kiranya kita cukup mafhum ketika dikatakan “Kula milih napa ?” artinya kami memilih partai apa pada Pemilu I dan ketika disebut “Kula milih sinten?” artinya kami memilih Capres dan Cawapres siapa / yang mana pada Pemilu II nanti.Mbah Cholil dengan sangat bijaksana menjawab : “Panjenengan taken kalih ati panjenengan piyambak-pyambak” (Kalian tanyakan pada hati nuranimu masing-masing). Mbah Cholil sengaja tidak ingin mengarahkan harus kemana dan kepada siapa, tetapi masing-masing pribadi diajak untuk dapat dan harus dapat menentukan pilihan sesuai dengan hati nuraninya masing-masing.Berbicara masalah “hati” memang sangat menarik, terutama bagi orang-orang yang mampu menghayati apa arti hidup ini yang sebenarnya.Peran hati ibarat raja terhadap para prajuritnya. Semua bekerja dan tunduk atas perintah hati. Peran hati sangat menentukan. Mau rajin atau malas, ingin baik atau ingin jahat, Akan jujur atau menyeleweng, tergantung bagaimana hatinya.Dalam Islam didapati beberapa kata yang berarti “hati”, yaitu : “Shodr (Shudur)”, sebagaimana firman Allah : “Qo la Rabbisy rohlii shodri wa yas sirlii amri, wahlul uqwdatam mil lisaani yafqohu qauli”Atau kata “Fuad” sebagaimana firman Allah :“Inna samm’a wal abshara wal fuaada kullu uulaika kaa na anhu mas ulaa”“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggung jawaban” (Q.S.Al Isra’:36)Dan Qalbu sebagaimana sabda Nabi SAW :“Ketahuilah, di dalam tubuh kita ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baiklah seluruh tubuh, dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruhnya. Itulah Qalbu ( hati).Dari terminologi Qalbu ini, kita kenal ada 3 jenis qalbu, yaitu :1. Qalbun Mayyit2. Qalbun Maridh3. Qalbun Salim.Ad.1.Qalbun mayyit - Hati yang telah mati.Hati yang tidak mengenal dan tidak mau tahu tentang Tuhannya - Tidak mengenal Allah, tidak mau beribadah dan menjalankan perintah-Nya. Hati yang demikian sudah menjadi hamba syaitan, hati yang tidak akan mendapatkan hidayah Allah.Ciri-cirinya :Kehidupannya di bawah kendali nafsu amarah, tidak peduli Allah ridha apa tidak, pola pikirnya hanya kepada materi semata atau kesenangan dunia saja, buta dan tuli terhadap kebenaran dan keadilan, tidak meyakini adanya perhitungan dan pertanggung jawaban sesudah kematian.Lebih jauh dapat dipelajari dari Firman Allah dalam Q. S. Al Muthoffifin (83) : 12 – 15. Ad. 2. Qalbun maridh - Hati yang sedang sakitHati yang hidup, namun mengandung penyakit, hati yang masih memiliki potensi mahabbatullah (mencintai Allah) akan tetapi juga menyimpan bakat untuk selalu mematuhi nafsu amarah.Ciri-cirinya :Memiliki iman, keikhlasan dan sifat baik lainnya, tetapi juga memiliki rasa tamak untuk meraih kesenangan dunia semata. Meyakini adanya hari pembalasan, namun tetap saja berbuat maksiyat. Masih mencampur adukkan antara kebenaran dan kebatilan.Lebih jauh dapat dikaji dari Firman Allah dalam Q.S.Al Hajj (22) : 52 – 53.Ad.3. Qalbun salim - hati yang selamat – hati yang damai.Hati yang selamat dari nafsu yang mengajak untuk menyalahi perintah Allah, hati yang selamat dari hal-hal yang syubhat / yang meragukan, yang bertentangan dengan kebaikan, hati yang selamat dari penghambaan selain kepada Allah.Ciri-cirinya :Memiliki sifat keikhlasan yang menyeluruh dalam perilaku kehidupannya, dia hanya cinta kepada sesuatu bila Allah cinta, dan hanya benci kepada sesuatu bila hal itu dibenci Allah, perilaku kehdupannya didominasi oleh sifat atau nafsul muthmainnah / nafsu kebaikanLebih jauh dapat pada firman Allah dalam Q.S.Asy Syu’ara (26) : 87 - 89 Satu hal yang sangat antagonis, bila seseorang sakit jasmani maka makin parah sakitnya makin berupaya ia mencari obat penyembuhnya, tetapi manakala seseorang sakit rohani, semakin parah semakin ia tak menyadari sakitnya dan tidak berusaha untuk menyembuhkannya. Bahkan sakitnya dapat menjadi racun baginya.Ada empat hal yang bisa menjadi racun hati :a. Banyak bicaraBanyak bicara disini diartikan banyak bicara tanpa data, tanpa pernah mengalami dan tanpa pernah melakukan sendiri. Menyampaikan pembicaraan yang jauh menyimpang dari tuntunan agama, lebih banyak berkata yang kurang benar kalau tidak boleh dikatakan lebih banyak berbohong. Kita kenal pepatah yang menyebutkan : ”Salamatul insan fi khifdzil lisan”Keselamatan seseorang tergantung dari kepandaian menjaga lisan / tutur katanyab. Banyak makanAda ungkapan : “Sedikit makan akan melembutkan hati, menguatkan pikir, membuka diri dan melemahkan hawa nafsu serta menghilangkan sifat pemarah, sedang banyak makan akan mendatangkan kebalikannya.Saat ini banyak kita jumpai bermacam-macam penyakit, yang dulu belum pernah kita kenal penyakit sejenis itu. Menurut pakar dan ahli kedokteran, sebenarnya sumber penyakit itu lebih banyak diakibatkan oleh pola makan yang tidak terkendali. Oleh karena itu untuk memperoleh jasmani yang sehat serta ruhani yang bening, kita harus pandai mengatur pola makan kita, jangalah berlebihan. Allah berfirman : “Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan”c. Banyak memandangDi dalam memandang sesuatu hendaklah mampu kita batasi. Membiarkan pandangan lepas adalah kemaksiyatan kepada Allah, sebagaimana firman Allah :“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman agar mereka menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat (Q,S. An Nur : 30)Membiarkan pandangan lepas berarti memasukkan kegelapan ke dalam hati, sebaliknya menundukkan dan mengendalikan pandangan berarti memasukkan cahaya nur Ilahi. Bila hati telah bersinar, berbagai amal kebaikan akan kemudahan akan kita dapatkan.d. Berlebihan dalam bergaulDalam masalah pergaulan marilah kita klasifikasikan dalam 4 hal :1) Seperti mengkonsumsi racun. Bergaul seperti mengkonsumsi racun, artinya dalam pergaulan ini kita menuju kepada kehancuran dan kebinasaan, karena kita makan racun.2) Ibarat mengkonsumsi penyakit. Bergaul seperti ini artinya dalam pergaulan kita mencari penyakit, apakah berat atau ringan sama saja dampaknya, tetap akan mendatangkan kerugian bagi kehidupan kita.3) Bak mengkonsumsi obat. Bergaul dimana kita memerlukannya, tetapi harus pandai-pandai memanfaatkannya, sebab kelebihan obat juga bisa mendatangkan madlorot atau kerugian.4) Bagaikan mengkonsumsi makanan bergizi. Bagaikan mengkonsumsi makanan yang bergizi artinya dalam pergaulan ini kita akan selalu mendapatkan manfaat, bisa mengantarkan kita kepada kebahagian hidup di dunia dan diakhirat.Beberapa kiat yang dapat kita lakukan agar kiranya dapat membawa hati kita selalu hidup dan kian bersinar, tidak mendekati Qalbun Maridh, menjauhi Qalbun Mayyit, dan insya Allah akan selalu menuju Qalbun Salim – hati yang selamat – hati damai, yaitu :.1. Banyak berdzikir kepada Allah / DzikrullahDzikir menghilangkan kesedihan dan kegelisahan. Dzikir dapat mengusir syaitanDzikir adalah makanan pokok bagi hati dan ruh., sehingga akan mendatangkan keridhaan Allah. Dengan banyak berdzikir, terbebas dari menyakiti hati orang lain. dan lisan selalu terjaga dari kata-kata yang tidak bermakna, 2. Banyak istighfarIstighfar artinya memohon maghfirah – ampunan Allah. Betapa pentingnya istighfar ini, sampai-sampai Allah memerintahkan hamba-Nya untuk beristighfar – memohon maghfirah-Nya, sebagaimana firman Allah :Dan mintalah maghfirah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.S.Al Baqarah : 199)Di ayat lain difirmankan :Dan barang siapa melakukan kejahatan atau mendzalimi diri sendiri, kemudian memohon maghfirah Allah, niscaya ia dapati Allah Maha Pengampun lagi Maha penyayang (Q.S. An Nisa’ : 110)3. Banyak berdoaAllah memerintahkan kita untuk banyak berdoa dan Allah berjanji akan mengabulkannya, sebagaimana firman Allah Berdoalah kepadaku, niscaya akan Ku kabulkan (Q.S.Al Mukmin : 60)Dalam firman yang lain disebutkan :Dan jika hamba-Ku bertanya tentang Aku (Allah), sesungguhnya Aku dekat. Aku akan mengabulkan doa orang yang berdoa kepadaku (Q.S.Al Baqarah : 186)4. Banyak bersholawat kepada Rasulullah SAWRasul Muhammad SAW adalah manusia pilihan. Ini terbukti dari firman Allah yang memerintahkan kepada orang yang beriman untuk bersholawat kepada nabi-nya Muhammad SAW.Dengan banyak bersholawat kita akan banyak mendapatkan kenikmatan dari Allah, sebagaimana yang disampaikan oleh Abi Hurairah bahwa Nabi pernah bersabda :“Barang siapa bersholawat atasku sekali, maka Allah akan bersholawat atasnya sepuluh kali”.Al Iraqi menambahkan , “Bahkan bukan hanya itu saja. Dituliskan baginya sepuluh kebajikan, dihapus darinya sepuluh kejahatan dan diangkatlah ia lebih tinggi sepuluh derajat”5. Rajin QiyamullailBetapa pentingnya arti Qiyamullail, dapat kita ketahui dari firman Allah :“Hendaklah engkau gunakan sebagian waktu malam untuk bertahajjud / qiyamullail, sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”
Rasul SAW. ketika pertama kali sampai di Madinah mengeluarkan perintah harian dengan sabdanya :
“Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan, hubungkanlah silaturrahim dengan sanak kerabat, shalatlah di waktu malam (qiyamullail) di kala orang sedang nyenyak tidur, pasti kamu akan masuk sorga dengan selamat sejahtera” (H.R.Al HAKIM, IBNU MAJAH & TIRMIDZI)Marilah kita memperbanyak dzikrullah, istighfar, berdoa, bersholawat dan rajin melaksanakan tahajjud / Qiyamullail, sehingga hati kita tidak menjadi Qalbun mayyit atau jauh dari qalbun maridh tetapi bisa menjadi Qalbun Salim – Qalbu yang selalu berinar dan mampu menyinari umat yang lain, Qalbu yang damai, selamat dan mampu menyelamatkan. Amin.

Tashawuf Untuk Selalu Terikat pada Hukum Syara'

Tashawuf Untuk Selalu Terikat pada Hukum Syara'
Sedikit sekali orang yang bersikap adil terhadap Tashawuf, ia didholimi dan dituduh sampai ke tingkat berani dan kurang ajar. Sebagian mereka menjadikan tashawuf sebagai sifat tercela, kotor dan dapat menggugurkan persaksian (akan tashawuf yang benar) dan menghilangkan keadilan (tokoh-tokoh tashawuf), dengan perkataan : Si Fulan tidak dapat dipercaya dan tidak bisa diterima informasi haditsnya. Mengapa? Karena ia seorang sufi.
Dan yang mengherankan, sebagian mereka yang mencela tashawuf dan memerangi tokoh-tokohnya serta mengadakan permusuhan dengan tashawuf, kami lihat melakukan apa yang mereka suka, berkata dengan sesuatu yang mereka suka Mereka tidak malu ketika menukil ucapan-ucapan tokoh-tokoh tashawuf dalam khuthbahnya di mimbar-mimbar Jum'at dan majelis-majelis ilmiah. Mereka berkata dengan lancang dan kurang etis.
Al Fadh bin 'iuadh, Al Junaid, Al Hasan Al Bashri, Sahal Al Tustury, Al Muhasiby dan Bisyrul Hafi, mereka itulah tokoh-tokoh Tashawuf, ahli peletak dasar tashawuf. Kitab-kitab tashawuf penuh dengan ucapan-ucapan mereka, informasi-informasi mereka, biografi dan ciri-ciri mereka. Maka saya tidak mengerti apakah pengingkar tashawuf itu bodoh atau pura-pura bodoh? Buta atau pura-pura buta? Sungguh saya senang menukil ucapan tokoh-tokoh ahli tashawuf. Dan saya berkeinginan menukil ucapan-ucapannya tentang syari'at Islam dan ahli tashawuf. Dan saya berkeinginan menukil ucapan-ucapannya tentang syari'at Islam agar kita mengerti sikap-sikap mereka secara nyata (terhadap syari'at). Karena suatu kewajiban kita mengetahui kepribadian mereka dari mereka sendiri. Dan orang yang baik adalah yang berbicara dari pendapatnya sendiri. Dan yang lebih dipercaya adalah orang yang menampakkan sesuatu yang disembunyikan.
Berkata imam Al Junaid r.a., "Semua jalan tertutup bagi makhluk kecuali orang yang mengikuti langkah Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam dan sunnahnya serta terikat dengan toriqohnya, karena semua jalan kebaikan terbuka bagi Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam serta pengikut-pengikutnya."
Pada suatu hari Abu Yazid Al Busthomi (mudah-mudahan Allah mensucikan rahasia hidupnya) datang ke sahabat-sahabatnya, dan berkata, "Berdirilah bersama kami hingga kita melihat orang yang termashur sebagai wali". Berkata (perawi), "Maka kami berjalan, tiba-tiba seorang laki-laki (yang termashur kewaliaannya) menuju masjid (untuk sholat), dan di tengah sholatnya ia meludah ke arah kiblat". Maka berpalinglah Abu Yazid dan tidak memberi salam kepadanya. Ia berkata, "Ini tidak mengikuti adab-adab Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam, dan bagaimana mungkin ia mengikuti adab-adab kewalian dan orang-orang shidiq".
Berkata Dzun Nun Al Misri, "Berputarnya ucapan ada empat, yaitu mencintai keakhiratan dan membenci keduniawian, mengikuti tanzul (Al Qur'an dan As Sunnah) serta takut terhadap perubahan-perubahan keimanan. Dan dari tanda-tanda mencintai Allah adalah mengikuti kekasih Allah, yaitu Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam dalam akhlaknya, aktivitasnya, perintah-perintahnya dan sunnah-sunnahnya".
Berkata Assiri As Saqati, "Tashawuf adalah nama bagi tiga makna : yaitu orang yang cahaya wara'nya tidak memadamkan cahaya ma'rifat pada Allah, tidak berbicara tentang yang inti yang bertentangan dengan dhohirnya Al Qur'an dan As Sunnah serta tidak membawa karomah-karomah yang mengarah pada pembatas-pembatas keharaman Allah".
Berkata Abu Nasr Bisyru Ibn Al Harits Al Hafi, "Saya melihat Rasulullah dalam mimpi, beliau berkata kepadaku : Wahai Bisyir, tahukah kamu, mengapa Allah mengangkat (derajat) kamu di antara teman-temanmu? Saya menjawab : Tidak, ya Rasulullah! Beliau berkata: karena ittiba'mu pada sunnahku, khidmatmu pada orang-orang sholih dan nasihatmu pada saudara-saudarmu, serta karena cintamu pada sahabat-sahabatku dan keluargaku. Inilah yang mengangkat kamu pada posisi yang terbaik".
Berkata Abu Yazid bin Thoifur bin 'Isa Al Busthomi, "Sungguh, aku pernah punya keinginan untuk memohon pada Allah Subhanahu wa Ta'ala, agar Dia mencukupi beban makan saya dan beban pada wanita". Kemudian saya berkata, "Bagaimana mungkin aku meminta hal itu pada Allah, sedangkan Rasulullah tidak pernah meminta pada Nya. Maka aku tidak jadi memohon pada-Nya, (namun) kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mencukupi saya pada beban (masalah) wanita hingga saya tidak pernah memperhatikan pada perempuan atau tembok yang menghalangi saya". Dan ia berkata pula, "Seandainya anda melihat seorang laki-laki yang telah diberikan keramat-keramat (kemuliaan) hingga ia menjulang tinggi di udara, maka anda jangan tertipu dengannya hingga anda melihat bagaimana anda menemukan padanya (apakah) ia mematuhi perintah atau melangggar larangan atau menjaga batasan-batasan (syari'at) atau (apakah ia) telah melaksanakan syari'at".
Berkata Sulaiman Abdur Rahman bin 'Athiyah Ad Darani, "Barangkali pada hari-hari teertentu, terlintas dalam hatiku faedah (ilham) dari yang pernah juga diilhamkan pada ulama'-ulama', maka saya tidak akan pernah menerima ilham itu kecuali dengan dua saksi yang handal, yaitu Al Qur'an dan As Sunnah".
Berkata Abu Al Hasan Ahmad bin Aby Al Hawary, "Bahwa barang siapa yang beramal tanpa mengikuti sunnah Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam, maka amal itu bathil (sia-sia)".
Berkata Abu Hafash Umar bin Salamah Al Haddad, "Barang siapa yang tidak ingin menimbang aktivitas-aktivitasnya pada setiap waktu dengan kitab Al Qur'an dan As Sunnah serta tidak menuduh pada lintasan-lintasan hatinya, maka janganlah ia dianggap pada diwan (pembukuan) kalangan ulama' (sufi)".
Berkata Abu Al Qosim Al Junaid bin Muhammad, "Barang siapa yang tidak hafal Al Qur'an dan tidak menulis hadits, maka jangan diikutkan pada orang-orang sufi, karena ilmu kita terikat dengan Al Qur'an dan As Sunnah". Ia juga berkata, "Madzhab kita ini terikat dengan dasar-dasar Al Kitab dan As Sunnah dan ilmu kita terpatri dengan hadits Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam".
Berkata Abu 'Usman Sa'id bin Isma'il Al Hairy, "Dan ketika Abu Usman berubah keadaannya (kondisi hatinya pada tahapan yang terdekat dengan Allah), anaknya Abu Bakar mencoba menyobek pakaiannya sendiri, maka berkata Abu 'Usman, "Wahai anakku, As Sunnah didhohir sebagai tanda kesempurnaan di batin (dalam diri manusia)". Dan ia berkata juga, "As suhbah (bersama) dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala adala adab yang baik dan kontinuitasnya kekebatan diri (tenang) dan suhbah dengan Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam adalah dengan mengikuti sunnahnya dan keterikatannya dengan ilmu dhohir. Dan suhbah dengan wali-wali Allah adalah dengan menghormatinya dan khidmat kepadanya. Dan suhbah pada istri (keluarga) adalah dengan kebaikan akhlak dan suhbah dengan saudara-saudara (sesama muslim) adalah dengan senantiasa bersifat ramah, selama mereka tidak berbuat dosa, dan bersuhbah dengan orang-orang bodoh adalah dengan do'a dan kasih sayang". Ia juga berkata, "Barang siapa menetapkan sunnah pada dirinya sendiri baik dalam ucapan maupun aktivitas, maka ia berbicara dengan hikmat. Dan barang siapa menetapkan hawa nafsu pada dirinya baik dalam ucapan maupun aktivitas, maka ia berbicara dengan bid'ah, dan Allah berfirman :
"Jika kalian mentaati Nya, maka kalian akan mendapatka petunjuk."
Berkata Abu Al Hasan Ahmad bin Nawawy, "Orang yang anda lihat mengaku-aku bersama dengan Allah pada kondisi-kondisi yang mengeluarkan dia dari ilmu syar'i, maka janganlah anda mendekatinya".
Berkata Abu Al Fawaris bin Suja' Al Karmany, "Barang siapa yang menahan pandangannya dari hal-hal yan haram, menahan dirinya dari syahwat-syahwat, mengatur batinnya dengan senantiasa muroqobah serta mengatur dirinya dengan mengikuti sunnah dan membiasakan dirinya memakan makanan yang halal maka firasatnya tidak akan keliru".
Berkata Abu Al 'Abbas Ahmad bin Muhammad bin Sahal bin 'Atho' Al Adamy, "Barang siapa yang mengikat dirinya dengan adab-adab syari'at, maka Allah akan menerangi hatinya dengan cahaya ma'rifat dan Allah akan memberikan posisi yang selalu mengikuti Al Habib Shollallahu 'alaihi wasalam dalam perintah-perintahnya, aktivitas-aktivitasnya, dan akhlak-akhlaknya". Dan ia berkata juga, "Setiap sesuatu yang ditanya, maka carilah ia di zona ilmu, jika tidak engkau temukan, maka carilah ia pada zona hikmah, dan jika engkau tidak menemukannya timbanglah dengan tauhid, jika tidak temui pada tiga tempat ini, maka pukulkan ia pada wajah syathon".
Berkata Abu Hamzah Al Baghdadi Al Bazzar, "Barang siapa mengetahui jalan kebenaran Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka akan mudah (baik) perilakunya, dan tidak ada petunjuk jalan menuju Allah kecuali mengikuti Raulullah Shollallahu 'alaihi wasalam pada setiap kondisinya, aktivitas-aktivitasnya, perkataan-perkataannya".
Berkata Abu Ishaq Ibrahim bin Dawud Ar Raqqy, "Tanda cinta pada Allah adalah mendahulukan ketaatan pada-Nya dan mengikuti jejak Nabi Muhammad Shollallahu 'alaihi wasalam".
Berkata Mamsad Ad Dinawary, "Adab-adab seorang murid adalah keharusan untuk menghormat guru-guru, berkhidmat pada saudara-saudara (uslim) dan keluar dari (ketergantungan) sebab akibat dan menjaga adab-adab syari'at pada dirinya".
Berkata Abu Muhammad Abdullah bin Manadh, "Tidak menyia-nyiakan seseorang pada fardhu (kewajiban) dari kewajiban-kewajiban kecuali Allah akan menimpakan ujian padanya dengan penyia-nyiaan terhadap sunnah-sunnah. Dan tidak diuji seseorang dari penyia-nyiaan sunnah-sunnah kecuali hampir ia diuji dengan perbuatan-perbuatan bid'ah". (Kitab Mafahim, Ta'lif : DR. As Sayid Muhammad Alawy Al Maliky Al Hasani, Hal. 35-38)
Taudhih
Dari DR. As Sayid Muhammad Alawy Al Maliky, nampak jelas bahwa sufi atau tashawuf selalu tetap berlandaskan pada Al Qur'an dan As Sunnah. Jadi kalau ada orang yang berperilaku seperti sufi, namun aktivitasnya tidak berlandaskan pad Al Qur'an dan As Sunnah, maka orang tersebut tidak bisa dianggap sebagai orang muslim yang taat pada Allah dan rasul-Nya.